AktualPublikasi

BKKBN Pusat Gelar Apel Siaga TPK Nusantara Bergerak Upaya Pencegahan Stunting

Pasuruan Kota Madina.  Apel siaga Tim Pendamping Keluarga Nusantara Bergerak yang diselenggarakan secara virtial oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Kamis, (12/05/22) di Alun-alun Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dalam sambutannya kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, satu di antara fokus pemerintah pusat saat ini adalah pencegahan stunting.

“Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global,” ucapnya.
Kegiatan apel siaga TPK Nusantara Bergerak di ikuti oleh 33 provinsi dan 514 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia secara online. Pemerintah Kota Pasuruan di hadiri oleh Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf, Wakil Wali Kota Pasuruan Adi Wibowo, Kepala Dinas BKKBN Kota Pasuruan, TP PKK Kota Pasuruan dan perangkat daerah lainnya yang terkait di Ruang Unsur I.

Hasto Wardoyo dalam apel siaga TPK Bergerak mengatakan 600 ribu personel bertugas melakukan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan, dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting.

“Jumlah keluarga berisiko stunting ini harus ditekan seminimal mungkin. Mari kita bekerja secara optimal,” kata Hasto

Di tempat yang sama Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat pun mengapresiasi TNI Polri yang turut ikut membantu vaksinasi juga penekanan angka stunting. Namun demikian, Ridwan Kamil juga mengemukakan hal tersebut menandakan masih terbatasnya fasilitas kesehatan di desa-desa di Indonesia. Dirinya berharap, Indonesia bisa mencontoh Thailand untuk ketersediaan jumlah faskes yang memadai untuk para penduduknya.

“Perlu saya sampaikan efek dari stunting yaitu menghambat tumbuh kembang fisik dan otak, sehingga akan menyulitkan untuk menyerap ilmu dan mencari pekerjaan dan akan berdampak pada perekonomian negara,” tegas Kang Emil.

Ia menambahkan, program percepatan penurunan stunting ini selain mencegah anak lahir dengan resiko stunting juga menata kependudukan tumbuh dengan baik, guna menjadi penerus bangsa yang berkualitas.

“Harusnya di jangka panjang jumlah insfratruktur (puskesmas) harus naik 5 kali lipat. Maka kalau ada pandemic lagi pun pertahanan kesehatan bisa dilakukan. Masalah stunting yang pertama melainkan terbatasnya infrastruktur, yang kedua biasanya dirumah air tidak higienis, dan yang ketiga pengasuhan yang kurang ilmu sehingga mengakibatkan gizi buruk,” imbuhnya. (Lut)